Dear, Rastha..
Bulan ketika sejuta rintikan air jatuh membasahi tanah dengan gelembung bening yang siap pecah ketika mencapai permukaannya. Bulan hujan, ketika ada yang berubah dari hidupku, adalah mengenal dirimu lebih, lebih, lebih, dan lebih dekat.
Sayangmu dan hatimu, dua hal yang limabelas bulan lalu menjadi obsesi tersendiri untukku. Aku pernah ingin menjadi yang nomor satu dalam daftar prioritasmu. Belum juga kusadari saat itu ketika yang kurasakan tentangmu hanyalah obsesi yang sewaktu-waktu akan mengajariku belajar untuk egois.
Aku mengikrarkan namamu di dalam rongga yang paling dalam, menyentuh dasar paling sensitif dalam hatiku. Saat limabelas bulan telah berlalu dan aku masih berdiri tegak dengan satu rasa yang masih kuat tergenggam dalam kepalan tanganku.
Sayangku kepadamu..
Jauh waktu terlewati bersamamu membuatku selalu belajar menjadi lebih tegar, menjadi ikhlas, dan tentu saja dewasa.
Poin yang lambat-laun kusadari yaitu kau tak juga beralih dari masa lalumu yang begitu indah yang bahkan dengan kehadiranku tak akan pernah mampu menggantikannya.
Dan rasaku kepadamu tak pernah kutemui kepada orang lain. Entah, aku sendiri tidak begitu mengerti dengan apa yang baru saja terjadi dengan perasaanku. Rasa ini berbeda dengan yang biasa kuembankan kepada mereka yang pernah mampir di hidupku. Sekalipun orang-orang itu telah memiliki satu bahkan lebih keunggulan yang tak bisa kau berikan kepadaku, namun rasaku yang tersipan untukmu tidak juga memudar begitu saja.
Aku rela, bila kau harus bersama dengan orang lain yang lebih bisa membahagiakanmu, mengukir senyum di wajahmu, memoles raut sumringah, dan tentu saja menghapus jejak traumatis masa lalumu. Kau tahu, sayangku tulus, aku tak meminta balasan atau sekedar pengakuan. Aku juga tak ingin membuatmu terbebani dengan kehadiranku dalam labirin hidupmu. Aku hanya ingin kau mengetahuinya..
is written on November, 12th 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar