Saat itu hari sudah gelap ketika kita duduk berhadapan dan saling membisu. Melihat di kedua manik mata masing-masing. Sesekali berpaling, melihat entah apa yang sesungguhnya tidak dimengerti.
Aku diam, kau pun diam.
Hangat tanganmu yang menggenggam kedua tanganku sili berganti. Erat, kuat, sekaligus lembut. Satu atau dua kali kau usap punggung tanganku kemudian kau dekatkan dengan bibirmu, menciumnya dengan sayang.
Aku tersenyum, menyukai segala cara kau memanjakanku.
'Aku tidak tahu harus membicarakan apa', begitu kataku. Kau hanya tersenyum dan menepukkan telapak tanganmu di punggung tanganku yang kau tangkupkan dan kau genggang seraya berkata, 'aku juga'.
Aku percaya. Kita bicara tanpa kata, tanpa suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar