Malam ini malam natal, 24 Desember 2011. Rollback ke masa beberapa tahun lalu. Mungkin sekitar delapan atau sembilan tahun lalu ketika aku menghadiri natal di kantor ibuku, Panti Asuhan Panti Asih. Sebelumnya, kantor ibuku adalah yayasan Kristen oleh Bethesda. Sehingga tiap tahunnya ada perayaan natal.
Dulu di setiap malam natal, aku selalu diajak ibuku untuk mengikuti acara natal di sana. Aku masih kecil dan malu-malu saat itu. Anak-anak dari rekan ibuku relatif lebih besar dariku, aku selalu merasa takut pada mereka. Haha lucu kalau inget.
Setiap anak kecil, juga aku, mengenakan gaun yang mungkin saat ini sudah jarang dikenakan oleh anak-anak kecil kebanyakan yang lebih memilih untuk mengenakan skippy atau skinny jeans. Aku masih ingat benar dengan model gaun-gaunnku ketika kecil, roknya ada berlapis-lapis sehingga bisa mengembang bagus, kalau bahasa jawanya mekruk.
Kembali ke acara, biasanya ada acara di gereja dulu, saat itu ibuku akan meninggalkanku sendiri di dalam gereja bersama orang-orang yang merayakan natal (aku muslim) atau menitipkanku pada sahabatnya, Pak Bejo atau Bu Lusi, ibuku akan mengecek semua stand makanan yang telah disiapkan di gedung lain yang akan digunakan untuk menggelar pesta natal.
Di dalam gereja biasanya juga ada hiburan berupa paduan suara, tarian, atu drama singkat. Aku lumayan menikmatinya.
Setelah acara di gereja selesai kami akan beralih menuju gedung untuk makan-makan bersama, nah saat itulah para anak kecil akan dikumpulkan untuk mendapatkan bingkisan besar berisi makanan ringan. Aku masih ingat benar, dulu aku sangat menyukai sesi pembagian makanan ini, yaaa namanya juga anak kecil, lebih menyukai makanan ringan ketimbang makanan berat (nasi, dsb.).
Aku cenderung malu-malu, ketika teman-temanku bermain kejar-kejaran atau sekedar mainan anak-anak seusiaku saat itu, aku lebih memilih duduk dan melihat mereka sambil sibuk dengan makananku. Maka, akan ada seorang anak laki-laki, dia adalah anak dari pimpinan di kantor ibuku. Dulu, dia selalu menggodaku, menghiburku, dan mengajakku bermain. Berbeda dengan anak-anak lain, dia mampu membuatku nyaman berada di dekatnya tanpa rasa malu. Aku dan dia akan berlari saling mengejar.
Tahun-tahun selanjutnya hal yang sama masih juga terjadi, namun lambat-laun ketika dia mulai beralih menjadi remaja dan aku masih tetap pada predikat anak-anak, dia jarang muncul di acara natal. Aku tidak lagi bertemu dengannya. Hingga suatu waktu ketika aku duduk di kelas enam SD, aku terbaring sakit seusai operasi amandel, ibunya datang padaku membawakan boneka dolphin yang besar dan apik, juga menyampaikan salam dari dia. Tentu saja, aku bahagia, karena sampai saat inipun boneka itu masih selalu menemaniku tidur.
Ketika aku memasuki umur ke empat belas aku datang ke kantor ibuku, aku menemui dia dan dia telah tumbuh begitu tinggi dan besar, tentu saja juga tampan, kudengar dia berhasil masuk di UGM fakultas hukum, tapi sayang, dia tidak mengenaliku, lupa atau ... entahlah aku juga tak mengerti.
Natal selanjutnya aku bertemu dengannya, namun tetap sama, tidak ada sapaan.
Apa kabarnya teman masa kecilku itu ? hmm... :)
Dulu di setiap malam natal, aku selalu diajak ibuku untuk mengikuti acara natal di sana. Aku masih kecil dan malu-malu saat itu. Anak-anak dari rekan ibuku relatif lebih besar dariku, aku selalu merasa takut pada mereka. Haha lucu kalau inget.
Setiap anak kecil, juga aku, mengenakan gaun yang mungkin saat ini sudah jarang dikenakan oleh anak-anak kecil kebanyakan yang lebih memilih untuk mengenakan skippy atau skinny jeans. Aku masih ingat benar dengan model gaun-gaunnku ketika kecil, roknya ada berlapis-lapis sehingga bisa mengembang bagus, kalau bahasa jawanya mekruk.
Kembali ke acara, biasanya ada acara di gereja dulu, saat itu ibuku akan meninggalkanku sendiri di dalam gereja bersama orang-orang yang merayakan natal (aku muslim) atau menitipkanku pada sahabatnya, Pak Bejo atau Bu Lusi, ibuku akan mengecek semua stand makanan yang telah disiapkan di gedung lain yang akan digunakan untuk menggelar pesta natal.
Di dalam gereja biasanya juga ada hiburan berupa paduan suara, tarian, atu drama singkat. Aku lumayan menikmatinya.
Setelah acara di gereja selesai kami akan beralih menuju gedung untuk makan-makan bersama, nah saat itulah para anak kecil akan dikumpulkan untuk mendapatkan bingkisan besar berisi makanan ringan. Aku masih ingat benar, dulu aku sangat menyukai sesi pembagian makanan ini, yaaa namanya juga anak kecil, lebih menyukai makanan ringan ketimbang makanan berat (nasi, dsb.).
Aku cenderung malu-malu, ketika teman-temanku bermain kejar-kejaran atau sekedar mainan anak-anak seusiaku saat itu, aku lebih memilih duduk dan melihat mereka sambil sibuk dengan makananku. Maka, akan ada seorang anak laki-laki, dia adalah anak dari pimpinan di kantor ibuku. Dulu, dia selalu menggodaku, menghiburku, dan mengajakku bermain. Berbeda dengan anak-anak lain, dia mampu membuatku nyaman berada di dekatnya tanpa rasa malu. Aku dan dia akan berlari saling mengejar.
Tahun-tahun selanjutnya hal yang sama masih juga terjadi, namun lambat-laun ketika dia mulai beralih menjadi remaja dan aku masih tetap pada predikat anak-anak, dia jarang muncul di acara natal. Aku tidak lagi bertemu dengannya. Hingga suatu waktu ketika aku duduk di kelas enam SD, aku terbaring sakit seusai operasi amandel, ibunya datang padaku membawakan boneka dolphin yang besar dan apik, juga menyampaikan salam dari dia. Tentu saja, aku bahagia, karena sampai saat inipun boneka itu masih selalu menemaniku tidur.
Ketika aku memasuki umur ke empat belas aku datang ke kantor ibuku, aku menemui dia dan dia telah tumbuh begitu tinggi dan besar, tentu saja juga tampan, kudengar dia berhasil masuk di UGM fakultas hukum, tapi sayang, dia tidak mengenaliku, lupa atau ... entahlah aku juga tak mengerti.
Natal selanjutnya aku bertemu dengannya, namun tetap sama, tidak ada sapaan.
Apa kabarnya teman masa kecilku itu ? hmm... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar