Senin, 19 Desember 2011

Sangat kecewa (WIS)

Kata teman-temanku, yang juga teman-temanmu, kau bukan orang yang baik untuk berteman, sekalipun aku mengiyakannya, aku tetap saja berusaha sebaik mungkin padamu, karena aku menghargaimu. Tapi kau lihat, kau bahkan tak pernah menghargai aku. Kau tidak memiliki etika halus sebagai seorang perempuan, maaf jika kata-kataku kasar, tapi ini seperti apa yang kurasakan.
Bukannya aku mengucilkanmu, tapi semua teman-teman SMPku selalu mengolok-olokku yang berteman denganmu, asal kau tahu, aku selalu menjaga nama baikmu di depan mereka, kecuali pada saat-saat tertentu ketika kelakuanmu di luar batas manusiawi.

Terkadang kau memang baik, dan hal itulah yang DULU membuatku berpikir untuk melihatmu hanya dari sisi baik, agar hubungan pertemanna kita terbina dengan baik. Tapi lambat laun kau justru mengkhianatiku, aku sangat mengerti ketika kau merasa ingin lebih unggul dariku, kau juga tidak mau disalahkan, pernahkah kau merasa. Hal ini juga yang menjadikan aku underpressure ketika bersamamu.

Satu hal yang tidak kusukai, kau juga memaksa, seperti yang dikatakan Ferry dan Dhova ketika mengeluh tentangmu kepadaku, aku hanya tersenyum tipis dan diam untuk menjawab keluhan mereka. Kau tahu, aku sengaja tidak memberitahumu, semata-mata untuk menjaga nama baikmu di depan mereka.

Pemicu klimaksnya adalah ketika pulang latihan dansa dari Balai Kota. Saat itu badanku sedikit tak enak, jadi aku memutuskan untuk naik Trans Jogja saja. Ketika pulang aku terpaksa nebeng, tapi hal yang mengecewakan untukku adalah ketika kau tidak mengantarkanku sampai rumah dan justru meninggalkanku di jalan malam-malam ketika jalanan sudah sangat sepi, aku biasa saja hanya sedikit was-was karena aku adalah wanita, aku menelepon kakakku yang sedang asyik nonton bola dan terpaksa menjemputku, awalnya dia ingin marah padaku karena mengganggu acarany anonton bola, tapi dia urung memarahiku yang kau tinggal sendirian di pinggir jalan, dia justru marah padamu yang tega meninggalkanku sendirian kondisi malam-malam ketika jalanan sudah sangat sepi, kutegaskan sekali lagi, ketika jalan sudah sangat sepi. Dan resiko hal buruk akan terjadi padaku sangatlah besar.

Coba kau ingat kembali, di hampir setiap latihan aku menjemputmu di rumah dan mengantarkanmu pulang hingga depan rumah. Aku mengantarkanmu bertemu dengan berbagai lelaki dan menungguimu hingga lelaki itu datang baru aku pulang, tidak sepertimu yang meninggalkanku begitu saja dan sama sekali tidak mau menemaniku.

Pernah satu waktu aku disidang oleh keluargamu karena ulahmu, aku hanya ingin ada urusan sedikit denganmu ketika bulikmu tiba-tiba memintaku untuk tinggal sebentar. Saat itu kau tidak ada di rumah, dari bulik-bulikmu, kakek nenekmu, mbakmu, hingga adik-adikmu, semuanya mengerumuniku dan bertanya siapa aku, aku jawab sebenarn6ya, bahwa aku adalah pasangan dansamu, hingga tiba-tiba mereka semua bertanya di mana keberadaanmu yang beberapa hari tidak pulang ke rumah, aku bahkan sangat tidak tahu, mereka mengeluh banyak tentangmu. Kau tahu aku jadi merasa tidak enak karena aku takut mereka akan berpikir aku juga salah satu dari teman pergaulanmu yang ada dalam tanda kutip. Aku risih, aku bahkan merasa tidak berhak untuk mengetahui segala aibmu yang dibeberkan oleh bulikmu kepadaku saat itu.

Terkadang aku kasihan padamu mengingat kondisi keluargamu, tapi sikapmu yang keterlaluan membuatku urung untuk bersimpati padamu.

Kemarin, tanggal 18 Desember 2011, aku dan kau mengikuti kejurnas dansa di Graha Sarina Vidi. Tanggal 17 pagi aku menghubungimu untuk daftar ulang lomba, tapi kau jusru sulit dihubungi, akhirnya aku mengajakmu sore saja tapi kau juga tetap tidak membalas dengan pasti SMS-SMSku. Hingga malam tiba aku harus pergi ke daerah Rejowinangun (selatan Gembiraloka) untuk kumpul KOKITALIS dan prelaunching buku tentang Pak Hery Zudianto. Malam itu kau bilang kau yang akan mendaftarkan kita untuk lomba, dan bodohnya aku mempercayaimu.

Minggu pagi (18/12) aku sudah merkemas untuk kejurnas nanti siang jam 11. Ketika tiba-tiba kau bilang kejurnas batal karena kau belum daftar, pernyataanmu yang benar-benar membuatku shock. Aku merasa tak enak hati pada Tante Ita yang sudah melatih, teman-teman semua, dan Mbak Mar yang memfasilitasi hingga detail kostum. Aku takut mengecewakan mereka, tetapi faktanya memang begitu. Aku tahu, kau ragu dengan alasan saingan kita terlalu berat sehingga lebih baik tidak ikut, tapi aku tahu bukan itu alasanmu, kau lebih memberatkan lomba dancemu daripada dansa kita.

Aku menghubungi Tante Ita dan minta maaf karena ketledoran dan ketidakpastian yang sangat mengecewakan bab kejurnas. Tapi beliau bilang justru kita tetap mengikuti kejurnas, karena beliau telah mendaftarkan kita.

Aku menghubungimu dan kau MENYANGGUPI untuk mengikuti kejurnas.

Sampai di Graha Sarina Vidi untuk kejurnas, aku dan kamu telah siap, dandan dan segala macamnya. Rundown menunjukkan bahwa kita maju lomba jam 15.30, kau ijin untuk lomba modern dance di UGM dengan membawa motorku, jam 13.15 kau berangkat dan berjannji untuk segera pulang, perjalanan sekitar satu jam (PP) dan tampil sekitar 15 menit, dan harusnya kau sudah sampai sekitar jam 14.30. Setengah jam sebelum tampil (tampil jam 15.15) aku sudah menelponmu berkali-kali namun tidak ada jawaban, waktu berlalu dan kita didiskualifikasi dari perlombaan karena kau tak juga datang, kau tahu, ini menjadi hal yang sangat memalukan. Kau bahkan tidak bisa membedakan mana yang lebih penting di antara KEJURNAS dan lomba modern dance antar kota. Kau juga tidak bertanggungjawab dengan perkataanmu yang berjanji segera kembali.

Setengah jam sebelum tampil semua atlit sudah berbaris untuk masuk ke dance floor dan aku masih duduk di kursiku menunggumu dengan cemas ditemani seorang bapak-ibu yang terus menerus memberiku support agar sabar dan sabar, aku seperti orang bodoh yang menunggumu tanpa kepastian. Aku terus menghubungimu sejak 45 menit sdebelum lomba. Tapi jawabannya? NOTHING.

Dan hingga suatu waktu Tante Ita lewat di depanku dan mengobrol sebentar denganku, dia juga bertanya padaku akan keberadaanmu dan aku menjelaskan dengan suara gemetar, kau tahu, sakit di hatiku, sesak rasanya. Dia kaget ketika mendengarnya dan dia mengelus dadaku serta menyuruhku untuk tetap bersabar. Lady-lady sudah tampil dan sudah memasuki quarter final, aku pulang dengan sangat kecewa. Bahkan ketika aku pulang kau tak juga muncul di sana.

Kau bahkan tidak berani menelfonku dan sekedar minta maaf, kau tidak berani memulangkan motorku ke rumah, kau menyuruh adik kelasmu ntuk mengantarkan motorku ke rumah. Kau juga tidak bertanya bagaiman kondisinya. Kau sangat memalukan.

Kalau kau memang ingin membatalkan kejurnas seperti yang kau bilang padaku pagi itu, kau bilang, jangan kau menyanggupi bahwa kau BISA melakukannya.
Kau harus memilih salah satu, lomba dancemu atau kejurnasmu, hidup itu pilihan, dan satu waktu kau hanya boleh memilih satu.

Kau mengecewakanku teramat dalam, kau ... sangat tidak bisa dipercaya.
Aku tidak ingin mengenalmu lagi sekalipun kau telah kumaafkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar