Kamis, 19 Mei 2011

Masnyaa

Aku memanggil dia dengan sebutan 'masnya' dan dia memanggilku Jani. Dia adalah sesosok pria yang baik, setidaknya begitu terhadapku. Aku belum terlalu lama mengenalnya, mungkin baru sekitar setengah tahun lebih. Aku juga tak begitu banyak mengenalnya sekalipun kami telah melewatkan waktu bersama-sama, mengumbar tawa, dan berbagi bahagia. Jujur, aku menyukainya, itulah mengapa aku menerimanya sebagai kekasihku ketika dia mengungkapkan perasaanya kepadaku untuk yang kesekian kalinya. Tak jarang aku bertukar sms dengannya, menonton berbagai macam film atau video tentang dance dan BMX, sambil menghabiskan waktu sore dengan bincangan-bincangan kecil. Aku menikmatinya, sangat malah.
Seperti yang kukatakan sejak awal, aku tak begitu tahu tentangnya, karena pada dasarnya aku tak mempermasalahkan status sosial seseorang untuk dapat berteman dan berbagi pengalaman. Dia mempunyai seorang adik perempuan yang saat ini duduk di kelas 9 SMP, ayahnya bekerja di Jakarta, dia berasal dari Aceh, lalu melanjutkan study di Universitas Islam Indonesia . Yaa, dia menyukai break dance, juga futsal. Dia bilang profesi, haha :D
Aku nyaman bersama dengannya, aku tak peduli dengan segala kekurangannya. Semua orang memiliki kekurangan, bukan? begitu juga dengan diriku. Jika oranglain dapat menerima kekurangan kita dengan lapang, mengapa kita tidak dapat menerima kekurangan mereka. No body's perfect.
Saat itu hari Minggu tau Senin, aku tak begitu mengingatnya. Pagi-pagi sekali aku dibangunkan ayahku karena ada masalah dengan matanya. Lalu kakakku membawanya ke RS. Mata Dr. Yap, dan saat itu ayahku diputuskan untuk opname karena harus menjalani operasi, hal itu membuat keadaan keluargaku sedikit kacau. Belum lama ayahku telah menjalani dua pengobatan dengan lain masalah kesehatan, dan kali ini harus menjadi yang ketiga kalinya.
Pagi hari itu aku membantu kakakku menjaga billing warnet keluarga kami, siangnya aku harus mengambil baju-baju ayahku dan menjemput ibuku untuk ke rumah sakit. Sorenya aku harus datang di rapat ustadzah. Aku lelah sekali hari itu, segala penat menumpuk di otak dan hatiku, rasanya seperti BOM, yang ingin meledak begitu saja. Bebanku bertambah berat ketika masnya terus-menerus untuk meminta bertemu, tidakkah dia tahu aku begitu lelah, dia menjadi begitu posesif dan berpikiran negatif terhadapku. Entah aku yang tak peduli, tak sayang, sok sibuk, sok beralibi, dan hal-hal di luar akal lainya. Aku menjadi kesal sekali ketika dia mengancam ingin pergi, aku menyusulnya ke kos tak berapa lama setelah itu, lalu kudapati dia tak pergi kemana-mana, dan aku kecewa terhadapnya. Tidakkah dia tahu, aku benci dibohongi, kurasa siapapun benci untuk dibohongi. Saat itu aku langsung pergi, lalu aku dan dia bertengakr hebat, dan akhirnya putus.
Aku tak mengerti apa yang sebaiknya aku lakukan lagi, lalu aku menuliskan surat permohonan maaf ku untuknya, hanya satu hala saja inginku, aku tak mau pertemanan kami hancur begitu saja, sekalipun akutak mau kembali lagi padanya, aku ingin kami tetap bisa berteman.

Masnyaa, maafin Jani karena nggak bisa ngertiin masnya. Jani capek saat itu, Jani juga kecewa sama masnya. Jani minta maaf buat semuanya, Jani juga udah maafin mas. Semoga masnya bisa terima semuanya dengan ikhlas, tanpa dendam ataupun sakit hati. Jani sempet sakit hati, tapi Jani sadar, semua akan sia-sia bukan saat kita mengubur segala hal baik hanya demi sebuah rasa sakit hati. Jani harap mas bisa kaya Jani buat ngubur segala dendam dan sakit hati. Makasih buat semuanya, Masnya ngajarin banyak hal ke Jani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar