Kamis, 16 Februari 2012

Buram

Sama ketika aku sanggup memaafkan segala kesalahnnya, betapapun dalam hatiku ingin sekali marah padanya tetapi yang keluar dariku adalah senyum tulus. Juga ketika dia tak juga mengerti tentang apa yang kuinginkan darinya, sedikit saja waktu dan perhatiannya yang sedikit-demi sedikit kucuri dari pandangannya walalupun nihil akhirnya. Waktu aku melihatnya dari kejauhan dan berpikir bahwa aku beruntung memiliki seseorang yang baik hatinya, tapi sayang ketika berdektan maka dia akan beurbah menjadi monster asing, oh tidak, ataukah aku yang menjadi monster asing untuknya ..
Penolakan, kekecewaan, dan tentu saja balasan yang setimpal tak pernah kuterima darinya .. sosok yang cuek, kaku, pasif, dan tidak memiliki kepekaan layaknya lelaki lain yang ku kenal (yang memiliki jiwa leadership), bukan, dia bukannya tidak memiliki jiwa leadership, hanya saja leadershipnya hanya diperuntukkan bagi teman-temannya saja dan tentu bukan untukku.
Bicara tentang prioritas akuah yang nomer kesekian dari daftar hidupnya. Aku kekasihnya, tetapi teman-temannya memiliki priorotas yang jauh lebih tinggi dariku, tidak percaya? haha itulah yang kuherankan .. loyalitasnya terhadap teman-temannya kuakui sangat bagus, tapi untukku? aku harus menanyakannya berulang kali, hmm....
Aku tak mengerti, dia terlalu sering meninggalkanku untuk hidupnya sendiri, karena mungkin diriku hanyalah sebuah iklan dalam rol film yang dia putar, dan teman-temannya adalah peran utamanya. Suatu waktu lagi-lagi aku harus berdiri sendiri dengan segala sisa ketegaran yang kumiliki untuk menghadapi segala pelik hidupku sendirian, senang ataupun sedih, duka atau bahagia, semua kulakukan tanpanya .. karena betapapun kucoba berbagi dengannya, masih sulit untuknya menganggapku tidak asing untuk memasuki hidupnya zona amannya.
Di sisi lain aku sangat mengerti bahwa dia telah mencoba untuk mengimbangiku, mencoba mengembalikan segala hal yang telah kuberikan untuknya, hanya saja aku tak dapat melihatnya dengan gamblang, aku juga tak dapat merasakan kehadirannya, ini semu untukku .... buram .

1 Februari 2012

Ketika rembulan menyembul malu-malu dari balik mega malam menampakkan putih sinarnya yang khas, dia membaurkan terangnya sangat menawan berhiaskan pesona gupita.

Di waktu yang sama ketika ibu terkantuk-kantuk menyanyikan lagu biyung dan si kecil menetek manja di kelonannya, lelaki paruh baya yang menulis surat dinas dengan percikan tinta di dasi merah marunnya, atau sepasang kekasih yang beradu kemesraan di atas rumput basah berteman sapuan dingin angin malam, memandang rembulan.

Sepasang kekasih itu bersahabat, yang gadis terlihat idung menyandarkan kepala mungilnya di bahu kekasihnya. Terkadang tawa mereka renyah terdengar membangunkan koloni jangkrik yang sudah lama tertidur.

Sesaat sepasang kekasih itu terdiam, bukan tak ingin berkata, tapi berbisik dengan suara hati hanya saling memandang kemudian tertawa, pandangan itu terpecah seketika dan rona-rona merah mencuat di pipi kanan-kirinya. Dan ketika sepasang mata kasmaran itu beradu, tawa itu lagi-lagi terbentuk dengan bahasa hati yang tak diketahui olehku atau siapapun yang memandang. Tapi tanpa tanda apa pun semua akan menyadari ada benih-benih cinta yang menjembatani keduanya.

Waktu ketika jarum jam telah lama melewati angka dua belas muda-mudi itu masih asyik mengadu tatap mesra, sesekali mendendangkan lagu-lagu bahagia dan tentu saja... tertawa.

Tak lama keduanya beradu tanya, memberikan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang sangat mudah dijawab, dengan sangat yakin, salah satu diantaranya mengungkapkan syair-syair melankolis yang tertanam lama dalam hati, dan ketika pertanyaan itu beruntut terkadang menjadi misteri yang tidak terjawab atau bahkan enggan untuk tersampaikan.

Keduanya diam, memandang jauh ke depan dengan jemari yang bertautan seolah menggabungkan signal dengan harapan pikiran keduanya menyatu dengan sempurna. Hening.

Gadis yang sedari tadi begitu nyaman itu terlelap dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di dalam rongga dadanya, begitu lelah hingga alam bawah sadarnya memutuskan untuk tertidur. Sedang pasangannya menerawang jauh entah ke mana, mungkin antah berantah hingga buliran air mata tak kuasa menghujani kedua pipinya. Dia mencium punggung tangan gadisnya dan bersenandung lirih ... ".... and I don't know why, I can't keep my eyes off of you..."

Dan Rembulan itu mulai lingsir seiring kepergianku dari tempatku duduk, memandangi keajaiban yang Tuhan berikan kapada insannya yang diizinkan untuk memiliki kelembutan hati ... namanya kasih sayang...

Sabtu, 04 Februari 2012

Namanya Setia

Namanya setia, kamu tidak boleh menyayangi orang lain, itukah yang dinamakan setia? sangat sempit.