Kamis, 27 Juni 2013

Apa Pemikiranmu Jika Menjadi Seperti Ini

Cerita tentangmu memang sudah menjadi kenangan usang yang hanya mampu diingat, walaupun beberapa bagiannya hilang bersama waktu.

Aku ingat benar, beberapa minggu yang lalu dan entah tanggal berapa, aku bersama dua sahabatku, Yoga dan Zaka, memutuskan untuk makan siang di sebuah foodcourt di sekitar sekolah kami. Menghabiskan waktu untuk sekadar berbincang dan berbagi cerita. Ada juga Broto dan Laras yang kebetulan akan makan siang juga, duduk di meja sebelah kami.
Kami sedang asyik membicarakan sesuatu ketika tak jauh di depanku, aku melihat seorang laki-laki dengan tubuh yang tinggi. Ah, mengingatkanku pada seseorang di masa lalu. Sebut saja namanya Unggas.

Secara tiba-tiba dan entah bagaimana, jantungku berdegub teramat kencang disertai perut yang di dalamnya terasa ada banyak kupu-kupu yang berterbanganmemutar-mutar. Hingga laki-laki itu berputar untuk mengarah pada tempat dudukku, tentu saja tanpa melihat keberadaanku, aku menyadari satu hal : dia adalah bagian dari masa laluku yang teramat berkesan. Ah, tidak tahukah dia jika aku merasakan seperti akan ditenggelamkan di Atlantik.

Kau Harus Tahu

Kau harus tahu.
Aku harus melihat punggung kerasmu berlari menjauh dariku, tanpa surut, tanpa ragu. Dan, di sini harus ku abaikan tiap dingin yang merajam punggungku hingga habis air mata. Menahan sakit yang sempurna dan aku jera. Menunggumu berpaling, melihatku. Menarikku dalam rengkuhan kehangatan yang tak akan lagi sama.

Andai kau mau.
Mencintaiku,
dengan segala kelemahan yang acap kali memberi goresan dalam lembaran yang kita jaga. Menerima setiap pilu yang membuatku tertawa getir dengan kubangan masa lalu.
Atau,
Lupakan luka yang seringkali merobek-robek jantung hingga menyedat napas di ujung tenggorokanmu tanpa berpikir tentang makna. Kembali dan jangan biarkan kau meremukkan hatiku lagi.
Pergi.


Senin, 24 Juni 2013

Diam

Saat itu hari sudah gelap ketika kita duduk berhadapan dan saling membisu. Melihat di kedua manik mata masing-masing. Sesekali berpaling, melihat entah apa yang sesungguhnya tidak dimengerti.
Aku diam, kau pun diam.
Hangat tanganmu yang menggenggam kedua tanganku sili berganti. Erat, kuat, sekaligus lembut. Satu atau dua kali kau usap punggung tanganku kemudian kau dekatkan dengan bibirmu, menciumnya dengan sayang.
Aku tersenyum, menyukai segala cara kau memanjakanku.
'Aku tidak tahu harus membicarakan apa', begitu kataku. Kau hanya tersenyum dan menepukkan telapak tanganmu di punggung tanganku yang kau tangkupkan dan kau genggang seraya berkata, 'aku juga'.

Aku percaya. Kita bicara tanpa kata, tanpa suara.

Published with Blogger-droid v2.0.10

Aku Tidak Ingin Kau

... mengetahui bahwa tidak mudah untukku melupakanmu.
Ini bukan mengenai keikhlasan yang seperti banyak orang katakan tidak kumiliki namun melekat erat padamu.
Bukan juga mengenai kesetiaan yang acap kali kau ajarkan padaku atau bagaimana kusia-siakan ketulusan demi melawan ketidaksabaran.
Ini tentang ... melupakanmu.
Kau yang pendiam,
Kau yang pemikir,
Kau yang peragu,
Kau yang kaku,
Kau yang sering kali meninggalkanku,
Kau yang ku rindu.
Sungguh, sekali pun aku sedang mengusahakannya, tidak mudah untukku menghilangkanmu dari sini, dari tempat yang biasa kau isi, yang sudah terlalu lama, yang sedang ku usahakan untuk dikosongkan.
Jadi, bagaimana?
Published with Blogger-droid v2.0.10