Selasa, 17 April 2012

Celah

Harusnya aku menyadarinya sejak awal ... kebodohan yang sangat menyakitkan dan sudah pasti sangat pedih dan tak berperi ini, minta ampun perihnya.

Hal simple yang tidakbanyak disadari, namun akal bawah sadarku akhirnya menyadari kedunguanku selama ini. Sudah lama dan aku baru saja bisa berpikir jernih tentang hal itu.

Aku tidak akan menyesali mengapa aku baru mengetahuinya belum lama ini. Hanya saja ... yang berkecamuk di dalam sini, di dalam tulang rusuk yang senantiasa membantu hirup dan hembusnya udara ini, tiba-tiba terasa begitu sesak, terasa begitu sempit dan tanpa celah sedikitpun.

bongkahan merah yang rentan di dalamnya juga sedikit mengeras karena menahan sakit dan putus asa. Karena kenyataan memenangkan segalanya, bukan?

Hingga detik aku menuliskan segala hal ini aku masih tergugu dalam anganku sebdiri, keegoisanku, mimpi dan harapan yang lambat-laun menguap tak bersisa, juga cita-cita yang menguburkan dirinya dalam-dalam hingga tak kasat mata.

Semula, yang berwarna putih itu menguning, membintik coklat dengan noda-noda yang kian membesar. awan mendung mengikuti tiap langkahku, bisakah kau lihat?

ada duka di sana, ada gelap, ada nestapa ....

Bagaimana denganku jika anganmu masih terbang mengangkasa ? Mencari celah dari awan yang lain.a





Yogyakarta, 9 April 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar